Cuka banyak digunakan sebagai pemberi rasa asam dalam masakan di berbagai penjuru dunia, dan telah ada sejak adanya peradaban manusia. Larutan alkohol encer (etanol) diinokulasi oleh asam asetat kemudian menghasilkan bakteri 'Acetobacter' yang akan disimpan dalam ruang terbuka yang hangat. Dengan begitu akan secara otomatis berfermentasi menjadi cuka dalam waktu 2-3 bulan, dan juga memproduksi asam asetat yang merupakan bahan utama dalam proses ini. Asam asetat menghasilkan cuka, sejenis cairan yang mempunyai rasa asam dan bau yang tajam.
Konsentrasi asam asetat dalam cuka berkisar dari
4% hingga 8% dari volume total, pada cuka meja konsentrasinya hingga mencapai 18%, jenis cuka ini biasa digunakan dalam pembuatan acar. Cuka biasa juga mengandung asam tartarat dan asam sitrat. Industri pembuatan cuka biasanya meningkatkan pasokan oksigen ke bakteri untuk mempercepat proses fermentasi, proses fermentasi yang biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan akan dipercepat menjadi 2-3 hari saja. Cuka biasa juga diproduksi dengan sintesis minyak bumi. Nilai pH cuka berkisar 2-3 atau 5, cuka yang beredar di pasaran memiliki pH sekitar 2,4.
Bahan utama dalam produksi cuka yaitu etanol, dapat dihasilkan dari berbagai hal, misalnya anggur, sari buah, bir, jus buah yang telah difermentasi, dan bahkan bisa memakai produk turunan gas alam dan minyak bumi. Cuka juga diproduksi dari beras atau sake beras yang difermentasi, jenis cuka ini banyak ditemukan di Cina, Jepang, Vietnam dan Korea. Cuka beras Cina bervariasi dari yang berwarna terang hingga berwarna coklat atau kemerahan, cuka china mempunyai rasa yang lebih kuat dibanding cuka jepang. Tetapi, baik cuka Cina maupun cuka Jepang mempunyai rasa yang jauh lebih ringan daripada cuka dari eropa. Berdasar buku masakan Cina, kekuatan rasa cuka cina hanya separuh dari kekuatan sulingan cuka putih dari eropa.
Cuka beras dari Asia Timur (buatan Cina, Jepang, Vietnam dan Korea), selain mempunyai rasa yang jauh lebih ringan dan lembut, baunya juga tidak setajam cuka dari daerah barat. Cuka beras biasanya digunakan dalam pembuatan salad, minuman jahe, dan bumbu tambahan masakan bawang, tetapi tidak bisa digunakan dalam pembuatan acar.
Cuka biasa memiliki banyak kegunaan, termasuk sebagai pengawet makanan, obat, pembersih dan juga sebagai disinfektan. Sedangkan jenis cuka beras yang jauh lebih ringan tidak memiliki fungsi tersebut. Kualitas rasa cuka biasa juga bergantung pada proses dan bahan etanol pembuat materinya, misalnya anggur, bir, berbagai jenis jus buah, sari buah, dan lain-lain. Cuka beras juga memiliki sejumlah perbedaan variasi, dan tergantung pada proses pembuatannya.
Ringkasan:
- Cuka biasa lebih asam jika dibandingkan cuka beras.
- Cuka biasa menggunakan obat sedangkan cuka beras tidak menggunakan obat.
- Cuka biasa menggunakan bahan utama etanol sedangkan cuka beras diperoleh dengan fermentasi beras.
keren keren banget infonya
BalasHapustvp adalah
Info n cara penjelasannya sgt membantu.. tq 🙏👍
BalasHapus👍👍🙏🙏
BalasHapus